Laman

Kamis, 28 Juli 2011

EKOSISTEM LAMUN

A. PENGERTIAN LAMUN Lamun adalah salah satu tumbuhan laut yang termasuk tumbuhan sejati karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun, dan akarnya. Secara umum gambaran lamun yaitu seperti padang rumput di daratan, lamun sangat berguna dalam hal pembersihan lautan karena lamun berfotosintersis. Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun untuk mencari makan. Lantas mengapa padang lamun bisa menjadi tempat yang cocok bagi umumnya hewan kecil?. Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi ivertebrata dan ikan kecil. Daun-daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang. Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tadi.
Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Sangat khas memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting. Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar perairan pantai Indonesia. B. MACAM-MACAM LAMUN Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia. Anda akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan. Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominant tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut. Anda bisa saja menjumpai lamun yang terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang. Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai Indonesia sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus acoroides, Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thallasia hemprichii and Thalassodendron ciliatum. Dan saya percaya kawasan perairan Indonesia yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari perkiraan beberapa lembaga penelitian. Sampai kini konsentrasi penelitian terhadap jenis-jenis lamun dan ekosistem lamun belum sepenuhnya terlaksana. Kurangnya minat beberapa peneliti untuk lebih fokus kearah padang lamun dan minimnya dana penelitian yang di alokasikan ke sektor ini serta minimnya publikasi mengenai padang lamun merupakan penghambat utama bagi pengetahuan dan pemahaman tentang padang lamun kepada masyarakat sementara masyarakat sebagian besar belum sepenuhnya tahu dan mengerti tentang habitat yang satu ini. Padahal kalau mau jujur masysrakat pantai khususnya banyak sekali tergantung pada habitat ini, yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap kebutuhan sehari-hari mereka. Kita mungkin tidak menyadari kalau menurunnya produksi beberapa jenis ikan-ikan dan udang-udang pantai ekonomis Indonesia lebih banyak karenakan semakin menipisnya padang lamun yang merupakan habitat alami dari ikan-ikan pantai seperti ikan berinang (Siganus spp.) atau beberapa udang putih (Penaeus spp.) lainnya. Terlalu jauh kalau kita mengharapkan bisa sering melihat dugong bermain kembali di sekitar pantai Indonesia, yang padang lamunnya seudah semakin memprihatinkan, oleh pola reklamasi pantai yang sangat marak dan degradasi pantai yang sudah sangat ramai. Namun mungkin kita masih bisa melihat beberapa jenis ikan-ikan kecil bermain dengan cantiknya dibeberapa pantai yang masih terjaga padang lamunnya.
Gambar Padang Lamun C. FAKTOR ABIOTIK YANG MEMPENGARUHI Temperatur, salinitas, intensitas cahaya, kecepatan arus, kandungan oksigen, substrat yang terlarut merupakan faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran lamun. 1. Temperatur Lamun akan berfotosintesis secara maksimal pada kisaran suhu 28o-30o C. semkain jauh suhu perairan dari suhu optimal ini, semakin berkurang kemampuan lamun untuk berfotosintesis. 2. Salinitas Tiap-tiap jenis lamun mempunyai kisaran salinitas berbeda-beda. Namun secara umum, lamun memebutuhkan salinias sebesar 10-40 o/oo. Sedangkan ruskanya padang lamun saat ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya salinitas karena nerkurannyas suplai air tawar dari sungai. 3. Intensitas cahaya Lamun memerlukan cahaya untuk berfotosintesisi, sehingga semkain sedikit cahya, semakin kuarang berkembang lamunnya. 4. Arus Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh. 5. Kandungan Oksigen (DO) Suhu,salinitas,dan turbulensi air emepengaruhi kadar oksigen terlarut dalma air. Kadar oksigen terlarut berkurang dengan meningkatnya suh,ketinggian, altitude dan berkurangnya tekanan atmosfer (Effendi,2000). Selain itu kandungan oksigen terlarut juga mempengaruhi keanekaragaman hayati suatu ekosistem perairan seperi padnag lamun. Menurut Effendi(2000) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaikknya memilih kaar oksigen tidak kurang ari 5mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkna bagi hampir semua organism akuatik. Sumber oksigen terlarut biasanya berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air termasuk dan fitoplankton (Novonty dan Olem,1994 dalam Effendi,2000) 6. Substrat Tumbuhan lamun membutuhkan dasar yang lunak untuk ditembus oleh akar-akar dan rimpangya guna menyokong tumbuhan ditempatnya. Lamun dapat memperoleh nutrisi baik dari air permukaan melalui helai daun-daunnya, maupun dari sedimen melalui akar dan rimpangnya (Mc Roy & Barsdate,1970). Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup.Semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil,sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal,yaitu: 1) Pelindung tanaman dari arus laut. 2) Tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick, 1983). Padang lamun hidup diberbagia tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari 40% endapan Lumpur dan fine mud (Dahuri et al., 1996). Semua tipe substrat dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur lunak sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Berdasarkan tipe karakteristik tipe substratnya padang lamun yang tumbuh diperairan Indonesia dapat dikelompokkan menjai 6 kategfori, yaitu: a. Lumpur b. Lumpur pasiran c. Pasir d. Pasir lumpuran e. Puing karang f. Batu karang. Pengelompokkan tipe substrat ini berdasarkan ukuran pertikelnya dengan menggnakan Segitiga Milla.
Kaya Sumber Daya Alam Sebagaimana terumbu karang, padang lamun menjadi menarik karena wilayahnya sering menjadi tempat berkumpul berbagai flora dan fauna akuatik lain dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Di padang lamun juga hidup alga (rumput laut), kerang-kerangan (moluska), beragam jenis ekinodermata (teripang-teripangan), udang, dan berbagai jenis ikan. Ikan-ikan amat senang tinggal di padang lamun. Ada jenis ikan yang sepanjang hayatnya tinggal di padang lamun, termasuk untuk berpijah (berkembang biak). Beberapa jenis lain memilih tinggal sejak usia muda (juvenil) hingga dewasa, kemudian pergi untuk berpijah di tempat lain. Ada juga yang hanya tinggal selama juvenil. Sebagian lagi memilih tinggal hanya sesaat. Suatu penelitian menunjukkan, jumlah ikan bernilai ekonomis penting yang ditemukan di kawasan padang lamun relatif kecil. Itu berarti bahwa padang lamun lebih merupakan daerah perbesaran bagi ikan-ikan tersebut. Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah dua hewan ‘pencinta berat’ padang lamun. Boleh dikatakan, dua hewan ini amat bergantung pada lamun. Hal ini tak lain karena tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan dugong. Penyu hijau biasanya menyantap jenis lamun Cymodoceae, Thalassia, dan Halophila. Sedangkan dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. Dugong mengkonsumsi lamun terutama bagian daun dan akar rimpangnya (rhizoma) karena dua bagian ini memiliki kandungan nitrogen cukup tinggi. D. Pemanfaatan dan Sumber Daya Padang lamun sebagai istana bagi beberapa biota laut. Seperti sapi laut (dugong), dugong mengasuh anak-anaknya di padang lamun karena lamun menjadi makanan pokok baginya. Begitu pula penyu yang memakan lamun jenis Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (nonjti 1987) . Ada beberapa biota laut yang menetap di padang lamun, ada juga yang hanya mampir sekedar untuk tempat memijah. Disini organisme melimpah karena bisa dijadikan persembunyian dari predator . lamun juga mampu meredam arus laut yang kencang. Banyak terdapat jenis polichaaeta, algae, epifit, mikroflora, fauna,nekton dan detritus karena lamun mampu memproduksi sejumlah besar bahan organic yang dibutuhkan oleh organism tersebut. Pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan yang menghuni lamun. sedangkan di Kepulauan Seribu di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, ada oranisme lain yang berasosiai dengan lamun seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida selatan (Nybakken, 1988) Saat air surut, daun-daun lamun jenis enhalus acoroides terlihat menyembul di permukaan sehingga burung-burung berdatangan dan mencari makan diantara daun-dauan lamun tersebut. (Nontji, 1987). Lamun mempunyai beberapa funsi penting lainnya, yaitu : 1. Sebagai Produsen Primer Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer paling tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975). 2. Sebagai Habitat Biota Lamun menyediakan tempat bagi hewan-hewan laut untuk berkembangbiak, memijah, padang pengembalaan dan makanan bagi beberapa jenis ikan herbivora dan ikan karang. Lamun juga memberikan perlindungan dan tempat menempel untuk berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Lamun memberikan rumah bagi banyak biota laut.(Kikuchi & Peres, 1977). 3. Sebagai Penangkap Sedimen Daun lamun yang lebat mampu memperlambat kuat aliran arus air yang menalir di laut sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Sehingga komposisi dari substrat tetap stabil dan terjamin.Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958). 4. Sebagai Pendaur Zat Hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), saat ini lamun sudah bisa digunakan sebagai komoditi bagi masyarakat secara tradisional maupun modern. Secara tradisional : 1) Anyaman untuk membuat keranjang 2) Diolah menjadi pupuk 3) Tumpukan untuk pematang 4) Mengisi kasur 5) Ada yang dimakan 6) Dibuat jaring ikan Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk: 1) Penyaring limbah 2) Stabilizator pantai 3) Bahan untuk pabrik kertas 4) Makanan olahan 5) Obat-obatan 6) Sumber bahan kimia.

Teori-teori Sel

Teori-Teori Sel Menurut Para Ahli 1. Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723) ; penemu mikroskop untuk melihat sel. Ilmuwan Belanda bernama Antonie van Leeuwenhoek merancang sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal. Lihat Gambar 1.2. Mikroskop itu digunakan untuk mengamati air rendaman jerami. Ia menemukan organisme yang bergerak-gerak di dalam air, yang kemudian disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek merupakan orang pertama yang menemukan sel hidup. Gambar 1.2 Mikroskop Leeuwenhoek 2. Robert Hooke (1665) ; sel berarti bilik kecil. Robert Hooke adalah orang pertama yang menemukan mikroskop. Dia melakuakan pengamatan pada sayatan gabus. Hasil pengamatannya menunjukkan terdapat bilik-bilik (rongga kecil) yang kemudian disebut sel. Didalam sayatan gabus tersebut tidak terdapat inti sel, jadi merupakan sel mati. 3. Robert Brown (1831) ; gerakan isi sel tidak teratur / zig zag. Dia melakukan pengamatan pada sel dan hasilnya di dalam sel tedapat cairan yang kemudian disebut protoplasma (cairan kehidupan). Protoplasma dibedakan menjadi dua macam, yaitu: • Nukleoplasma ialah protoplasma di dalam inti • Sitoplasma ialah protoplasma di luar inti 4. Felix Dujardin (1835) ; isi sel berupa cairan. Beranggapan bahwa bagian terpenting sel adalah cairan sel yang sekarang disebut protoplasma. 5. Johannes Purknjee (1787–1869) ; cairan sel disebut protoplasma. Orang pertama yang mengajukan istilah protoplasma untuk menamai bahan embrional sel telur. 6. Theodor Schwann & Matthias Jakob Schleiden (1804–1882) ; sel merupakan kesatuan struktural Makhluk Hidup. Teori ini dikemukakan oleh Jacob Schleiden (1804–1881) dan Theodor Schwan (1810–1882). Tahun 1839 Schleiden, ahli botani berkebangsaan Jerman, mengadakan pengamatan mikroskopis terhadap sel tumbuhan. Pada waktu yang bersamaan Theodor Schwan melakukan pengamatan terhadap sel hewan. Dari hasil pengamatannya mereka menarik kesimpulan sebagai berikut. 1) Tiap makhluk hidup terdiri dari sel. 2) Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup. 3) Organisme bersel tunggal terdiri dari sebuah sel, organisme lain yang tersusun lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak. 7. Max Schultze (1825 – 1974) ; sel merupakan kesatuan fungsional. Max Schultze menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan. Protoplasma bukan hanya bagian struktural sel, tetapi juga merupakan bagian penting sel sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia kehidupan. Berdasarkan hal ini muncullah teori sel yang menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan fungsional kehidupan. 8. Hanstein (1880) ; Teori Histogen Teori Histogen klasik yang diutarakan Hanstein pada 1868 menyatakan bahwa ada sejenis stratifikasi (=pengelompokan, keadaan yang bertingkat–seperti pada kata “strata sosial“) pada ujung batang tumbuhan angiospermae. Hanstein menyatakan adanya bagian pusat tanaman yang diselimuti oleh beberapa lapisan yang tersusun rapi, yang saling menyelubungi dengan ketebalan yang konstan (kamsud gw, kalo misalnya lapisan X setebal 1 mm, maka lapisan X itu akan dan hanya akan setebal itu di seluruh bagian meristem apikal). Masing-masing lapisan dipercaya terdiri dari beberapa sel meristematis yang saling bertumpukan, yang terletak pada bagian paling pucuk dari batang. Beberapa tahun kemudian, interpretasi teori Hanstein terhadap peran masing-masing lapisan sudah tidak digunakan lagi, tapi konsep dasar tentang adanya lapisan meristem yang bertingkat pada ujung batang tetap digunakan. Berikut ringkasan teori histogennya Hanstein: Meristem primer terdiri dari 3 lapisan sel pembentuk jaringan, yaitu 1) Dermatogen (pembentukan epidermis), 2) Periblem (pembentukan korteks), dan 3) Plerom (pembentukan silinder pusat). 9. Rudolph Virchow (1821–1902) ; sel sebagai kesatuan reproduksi. “Pertambahan jumlah sel berasal dari sel yang sudah ada (omnis cellulae cellula)”. 10. Eduard Strasburger & Walter Fleminggo ; sel sebagai unit reproduksi makhluk hidup. 11. Ernst Ruska (1931) ; penemu mikroskop TEM sehingga dapat mlihat sel lebih jelas. Pengetahuan lebih mendetail tentang sel terungkap setelah Ernst Ruska membuat transmission electron microscope (TEM) pertama kali di University of Berlin pada tahun 1931. Kemudian pada tahun 1935, beliau membuat EM dengan resolusi dua kali lipat dibandingkan mikroskop cahaya. 12. Watson dan Crick (1953) ; materi genetik diturunkan oleh sel kepada keturunannya. Pengetahuan tentang material genetik yang diturunkan dari sel induk ke sel keturunannya diketahui setelah Watson dan Crick pada tahun 1953 mengumumkan penemuannya tentang struktur double-helix DNA. 13. Lynn Margulis (1981) ; terdapat simbiosis di dalam evolusi sel. Lynn Margulis mempublikasikan penemuannya tentang Symbiosis in Cell Evolution yang disebut sebagai teori endosimbiotik.

Jumat, 22 Juli 2011

SMA NEG. 4 MAKASSAR (Kompleks X.4)

 Kamilah wajah-wajah yang pernah menduduki bangku kelas X.4 oleh perwalian Ibunda Dra.Hj.Nasirah tahun ajaran 2010-2011.. Banyak kenangan yang terukir di dinding kelas X.4,, baik senang, sedih, bahagia, duka kami lalui bersama-sama slama 1 tahun.. Namun, perolingan kelas d kelas XI memisah-misahkan kami semua,, tpi walaupun kami smua sdh dipisahkan oleh tembok yang berdiri kokoh,, tp persahabatan kita smua ttap berjalan.. n smoga prsahabatan ini ttap abadi sampai akhir hayat kami..
Wanita Cantik itu:
:D tetap tertawa walau sebenarnya ia ingin menangis.
:) tetap tersenyum walau sebenarnya ia kecewa.
:* tetap kuat walau sebenarnya ia sudah tak kuat lagi.
;) tetap semangat walau ia tertekan oleh masalah

yang penting:
Dia tetap sabar & memandang semuanya baik-baik saja & tetap mengisi hidupnya dengan hal-hal baik dan fikiran positif..

Dan Wanita Cantik itu adalah KAMI SEMUA SISWI dari KELAS X.4 :D